Selasa, 15 Maret 2011

Kepemimpinan Pendidikan


PENGEMBANGAN TEORI KEPEMIMPINAN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Pendidikan
Dosen Pengampu : Zainal Arifin, S. Pd. I., M. S. I
                                                                       
                                                                       
Oleh

                                            Edi Purnama                              08480064
                                            Ana Fitrotun Nisa                      08480068
                                            Triyani Rukoyatun                    08480073
                                            Nanik Widiyati                           08480079
                                            M. Maskur                                 08480080

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011

ABSTRAK


Every person was born to be a leader. Especially to be a leader to their self. Leadership qualities is influence process or give an example by a leader to the follower to efforts reach the organization purpose. 
So many theory of leadership qualities, there are behavior theory,  this theory focus on how actual a leader have a certain behavior in influence the people. Kontingency theory, according to kontingency theory, effectiveness leadership quality is fixed at least by three variable, there are Leader style, follower situation, and situation of where leadership quality applied.
Transformational theory, focus on process of comitment building of follower to take and give togather in develop and to carry the values and visi of organization. And sense a believable to each other between leader and follower.
X theory, lead must with “ Autokrative style” is focus on leader domination in take all decision. Y theory, lead with use “ Democtacy style” and develop socio- emotional aspec. Z theory, the comprehension of leadership qualities must be placed in culture scope totallity (culture of the whole organization).

Key Word: A leader, Leadership Qualities, Behavior, Kontingency, Transformational , X, Y, and Z theory.
BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Manusia di ciptakan untuk menjadi Pemimpin di dunia ini (klalifah fil ard). Tugas yang sangat mulia tapi memikul tanggungjawab yang sangat besar. Setiap orang adalah pemimpin, terutama memimpin dirinya sendiri. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.[1] Sebagai tambahan, di dalam buku yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, dikatakan bahwa kepemimpinan akan berhasil jika terdapat suri tauladan di dalam diri pemimpin itu sendiri, karena itu merupakan kerja kunci yang menciptakan karisma dan akan dihormati dan diikuti baik kata-katanya maupun perilakunya.  Pemimpin yang tidak mengetahui tugas utama mereka sebagai pemimpin, apa yang harus dilakukan sebagai pemimpin, dan lain sebagainya.
Teori kepemimpinan merupakan karakteristik seorang pemimpin dalam bertindak. Makalah ini akan membahas beberapa teori Kepemimpinan, antara lain yaitu teori kepemimpinan perilaku, kontingensi, transformasional, X, Y, dan  Z. Teori Perilaku, teori ini memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat – sifat yang tampak. Pendekatan kedua bermaksud mengidentifikasi perilaku – perilaku pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif. Pemikiran dan penelitian sekarang mendasarkan pada pendekatan ketiga yaitu pandangan situasional tentang kepemimpinan. Pandangan ini menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektivitas kepemimpinan bervarisasi dengan situasi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah teori perilaku itu?
2.      Apakah teori kontingesi itu?
3.      Apakah teori Transformasional itu?
4.      Apakah teori X,Y dan Z itu?

C.    Tujuan dan Kagunaan
1.      Untuk mengetahui pengertian teori perilaku
2.      Untuk mengetahui pengertian teori kontingesi
3.      Untuk mengetahui pengertian teori Transformasional
4.      Untuk mengetahui pengertian X,Y dan Z

D.    Landasan Teori
1.      Kepemimpinan adalah individu di dalam kelompok yang memberikan tugas pengarahan dan pengorganisasian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok. (Fred E. Fiedler).
2.      Study kepemimpinan Universitas Michigan. Study ini mengidentifikasikan dua konsep yaitu orientasi bawahan dan produksi (Hersey & Blanchard, 1977)
3.      John McGregor Burns dalam bukunya yang mendapat Pilitzer Prize dan National Book Award yang berjudul Leadereship. Dalam buku tersebut ia menggunakan istilah transforming leadership atau menstrasformasi kepemimpinan. Sedangkan istilat Transformational Leadership dipergunakan oleh Benard M.Baas dalam bukunya berjudul Leadership and performance beyond expectation[2].



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Teori Perilaku
Teori perilaku menghasilkan dua kontras kepemimpinan yang berbeda secara signifikan, yaitu kepemimpinan autokratis disatu pihak, dan kepemimpinan demokratis dilain pihak.  
Study kepemimpina Universitas OHIO. Penelitian ini dimulai pada 1945 oleh biro urusan dan penelitian OHIO state University yang memperoleh gambaran mengenai dua dimensi utama dari perilaku pemimpin yang dikenal sebagai pembuatan inisiatif dan perhatian. Pembuatan inisiatif menggambarkan bagaimana seorang pemimpin memberi batasan dan struktur  terhadap peranannya dan peran bawahannya untuk mencapai tujuan. Dengan mengkombinasikan dua dimensi pembuatan inisiatif dan perhatian dapat dibedakan menjadi empat gaya kepemimpinan yaitu:[3]
1.      Perhatian rendah, pembuatan inisiatif rendah.
2.      Perhatian tinggi, pembuatan inisiatif rendah.
3.      Perhatian tinggi, pembuatan inisiatif tinggi.
4.      Perhatian rendah, pembuatan inisiatif tinggi.
Study kepemimpinan Universitas Michigan. Study ini mengidentifikasikan dua konsep yaitu orientasi bawahan dan produksi (Hersey & Blanchard, 1977) pemimpin yang menekankan pada orientasi produksi, sangat memperhatikan produksi dan aspek-aspek tegnik kerja, bawahan dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.
Jaringan manajemen. Jarinag manajemen merupakan teori kepemimpinan yang menunjukkan gaya kepemimpinan secara jelas yang dikembangkan oleh Blake dan Mouton. Dalam pendekatan ini, menejer berhubungan dengan dua hal yaitu perhatian kepada produksi disatu pihak dan perhatian kepada orang-orang dipihak lain.
1.      Karakteristik Perilaku Direktif:[4]
a.       Merumuskan tujuan dan kinerja kelompok.
b.      Memberikan tugas mengenai apa, dan bagaimana kinerja yang harus dilakukan kariawan.
c.       Menentukan kepada siapa karyawan harus bertanggungjawab secara berantai.
d.      Melatih karyawan untuk melakukan tugas pekerjaanya secara tepat.

2.      Karakteriskik Perilaku Suportif:[5]
a.       Menunjukkan perhatian pada aspek – aspek pribadi dan interes karyawan.
b.      Bersahabat dan dekat dengan karyawan.
c.       Menyediakan kesempatan kepada karyawan untuk berkonsultasi secara pribadi.
d.      Memberi kesempatan dan memotivasi karyawan untuk mengekspresikan masalah, kebutuhan dan perasaanya.
e.       Selalu mengusahakan keharmonisan di dalam kerja.
f.       Menggunakan imbalan sebagai alat untuk memperoleh dukungan.
g.      Lebih menekankan kepada penggunaan imbalan yang positif daripada pemberian sanksi negatif.
Kepemimpinan suportif cocok apabila diterapkan dama kondisi
sebagai berikut:[6]
a.       Apabila organisasi dan tugas pekerjaan telah tertata dengan baik; penerapan kepemimpinan suportif dapat mengurangi rutinitas dan tekanan-tekanan;
b.      Apabila karyawan untuk melaksanakan tugas pekerjaan.
c.       Apabila karyawan telah memiliki kemandirian dan kemampuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan.
d.      Apabila tugas pekejaan memerlukan pola interaksi di antara para karyawan, seperti kebutuhan kerja sama, pembentukan tim – tim kerja, maka penggunaan kepemimpinan suportif sangat tepat.

B.     Teori Kontigensi

Teori kontigensi merupakan pengembangan dari teori situasional. Konsep dasar teori situasional menjadi landasan dari teori kontigensi. Teori sitiasional setelah dikembangkan oleh Fiedler, kemudian diberi label “teori kontigensi”.[7]
Menurut teori kontigensi, keefektifan kepemimpinan ditentukan paling tidak oleh tiga variabel, yaitu gaya pemimpin, keadaan pengikut, serta situasi dimana kepemimpinan di terapkan. Tema besar dari teori kontigensi ini ialah bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan akan cocok untuk semua situasi. Berdasarkan hasil penelitian fiedler dan Chemers tahun 1950 disimpulkan bahwa seseprang menjadi pemimpin bukan saja karena faktor kepribadian yang dimiliki tetapi karena berbagi faktor situasi dan saling hubungan antara pemimpin dengan situasi.[8] Pendukung utama teori ini adalah Hersey & Blanchard, dan Fiedler.
Teori situasional dari Hersey & Blanchard Hersey & Blanchard dalam menjelaskan teori situasional mencoba memasangkan gaya kepemimpinan dengan kematangan pengikut ( follower matutity). Gaya kepemimpinan menggunakan pasangan gaya yang berorientasi pada hubungan manusiawi (human relitonship). Dari hasil penelaah para pakar, bahwa model Kepemimpinan – Situasi mengandung pokok – pokok pikiran[9]: Dimana pemimpin itu berada melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, yaitu jenis pekerjaan, lingkungan organisasi, karakteristik individu yang terlibat dalam organisasi. Perilaku kepemimpinan yang yang paling efektif ialah perilaku kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingkat kematangan bawahan; Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang selalu membantu bawahan dalam pengembangan dirinya dari tidak matang menjadi matang.  Perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari satu situasi kesituasi lain. Oleh sebab itu, dalam kepemimpinan situasi penting bagi setiap pemimpin untuk mengadakan diagnosis, dengan baik terhadap situasi. Pola perilaku kepemimpinan berbeda-beda sesuai dengan situasi yang ada.  Menurut Fidler tak ada gaya kepemimpinan yang cocok untuk semua situasi, serta ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu[10]:
1.      Hubungan antara pemimpin dengan bawahan. Hubungan ini sangat penting bagi pemimpin, karena hal ini menentukan bagaimana pemimpin diterima oleh anak buah. Pada umumnya hal ini didasarkan pada persepsi pemimpin mengenai suasana kelompok.
2.      Struktur tugas Dimensi ini berhubungan dengan seberapa jauh tugas merupakan pekerjaan rutin atau tidak. Apabila struktur tugas cukup jelas maka prestasi setiap orang lebih mudah diawasi, serta tanggung jawab lebih pasti.
3.      Kekuasaan yang berasal dari organisasi Dimensi ini menunjukkan sampai sejauh mana pemimpin mendapat kepatuhan anak buahnya, dengan menggunakan kekuasaan yang bersumber dari organisasi. Pemimpin yang menerima kekuasaan yang jelas dari organisasi akan mendapat kepatuhan lebih dari bawahan.
Berdasarkan tiga dimensi tersebut, Fidler menetukan dua jenis gaya kepemimpinan dan dua tingkat yang menyenangkan. Pertama, gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas, yaitu ketika pemimpin merasa puas jika tugas bisa dilaksanakan. Kedua, gaya kepemimpinan yang mengutamakan pada hubungan kemanusiaan, hal tersebut menunjukkan bahwa efektivitas kepemimpinan bergantung pada tingkat pembauran antara gaya kepemimpinan dengan tingkat kondisi yang menyenangkan dalam situasi tertentu.


C.    Teori Transformasional
Teori Kepemimpinan Transformasional (Transformational Leadership Theory) diawali oleg John McGregor Burns dalam bukunya yang mendapat Pilitzer Prize dan National Book Award yang berjudul Leadereship. Dalam buku tersebut ia menggunakan istilah transforming leadership atau menstrasformasi kepemimpinan. Sedangkan istilat Transformational Leadership dipergunakan oleh Benard M.Baas dalam bukunya berjudul Leadership and performance beyond expectation[11].
Definisi kepemimpinan transformasional menurun Sadler, bahwa kepemimpinan transformasional adalah suatu proses kepemimpinan dimana pemimpin mengembangkan komitmen pengikutnya dengan berbagi nilai-nilai dan berbagi visi organisasi. Yang mengandung tiga kata kunci yaitu: Commitment, yang berarti kesediaan mematuhi aturan – aturan atau apa saja yang telah menjadi kesepakatan bersama. Shared values of organization, yang berarti bahwa saling berbagi dalam mengembangkan nilai-nilai organisasi. Shared vision of organization yang mengandung pengertian bahwa para anggota organisasi memiliki niat untuk salng berbagi dalam membangun visi organisasi.
Transformasi berarti perubahan besar dan menyeluruh, bukan sekedar perubahan secara alami (change). Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memiliki ambisi besar untuk melakukan perubahan- perubahan yang diperlukan dalam organisasi, agar diperoleh tingkat produktifitas organisasi yang lebih tinggi. Dengan demikian pemimpin transformasional harus visioner dan futuristik, yaitu pemimpin yang memilik pandangan jauh ke depan. Menurut teori transformasional, untuk menjadi pemimpin yang sukses, dia harus membangkitkan komitmen pengikutnya untuk membangun nilai – nilai organisasi atau kesadarannya sendiri, mengembangkan visi organisasi, melakukan perubahan-perubanah, dan mencari terobosan – terobosan baru untuk meningkatkan produktifitas organisasi.[12]
Ciri-ciri kepemimpinan transformasional[13]:
1.      Memiliki keberanian untuk melakukan perubahan menuju tingkat produktivitas yang lebih tinggi;
2.      Mampu membangkitkan semangat dan motivasi pengikutnya untuk bekerja keras;
3.      Mampu mengembangkan semangat kebersamaan, disiplin, dan motivasi untuk maju;
4.      Mampu membangun kesadaran berorganisasi pada pengikutnya, dengan jalan mengembangkan rasa memiliki organisasi (sense of belonging), dan rasa bertanggungjawab (sense of resposibility), serta membangun kemampuna untuk meraih prestasi yang setinggi-tingginya;
5.      Mampu memberikan perlindungan ( mengayomi) dan menciptakan rasa aman dikalangan pengikutnya;
6.      Mampu menampung dan menangkap semua aspirasi dan kepentingan pengikutnya;
7.      Menggunakan kemampuan intelektualnya serta cerdas dalam proses pengambilan keputusan;
8.      Memperjuangkan kebutuhan pengikutnya;
9.      Oleh karena kepemimpina transformasional mengandung komponen kharismatik, pemimpin mampu memberikan pengarahan yang selalu diterima dan dipatuhi dengan ikhlas, sehingga pengikutnya memiliki rasa “ wajib “ untuk mentaati semua perintah dan arahanya;
10.  Selalu berusaha membawa pengikutnya kearah suatu idealisme;
11.  Pengikutnya selalu memuja-muja akan kemampuan dan keunggulan pemimpinya;
12.  Pemimpin menempatkan diri sebagai agen perubahan;
13.  Pemimpin transformasional selalu belajar terus sepanjang hidupnya;
14.  Mereka memiliki kemampuan untuk menangani masalah yang kompleks, sulit di prediksi, tidak memiliki ketentuan, serta masalah yang membingungkan;
15.  Mereka sangat menghargai potensi, kebutuhan dan aspirasi pengikutnya;
16.  Memiliki kepercayaan diri yang kuat dalam menaggung resiko atau keputusan yang diambilnya, dan berani melawan tantangan yang sekiranya akan menghambat transformasi.

D.    Teori X, Y, dan Z.
1.      Teori X
Teori ini dikembangkan oleh McGregor. Menurut Gregor ciri-ciri organisasi tradisional pada dasarnya bertolak dari asumsi mengenai sifat dan motivasi manusia. Teori X memandang manusia sebagai pemalas yang lebih suka diberi arahan secara detail tentang apa yang harus dilakukan, menghindari tanggung jawab, dan memiliki sedikit ambisi.
Adapun hakekat orang-orang yang termasuk dalam kategori teori X antara lain sebagai berikut[14]:
a.       Tidak suka bekerja
b.      Berkemampuan kecil untuk mengatasi masalah-masalah organisasi
c.       Hanya membutuhkan motivasi fisiologis saja.
d.      Oleh karena itu, Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi.
Contoh individu dengan teori X : pekerja bangunan. Pembantu rumah tangga
2.      Teori Y
Teori Y merupakan kebalikan teori X. teori ini memandang upaya fisik dan  mental sebagai bagian yang penting dan alamiah dari aktivitas manusia. Secara keseluruhan asumsi teori Y mengenai manusia adalah sebagai berikut:
a.       Orang pada hakekatnya bukannya tidak suka bekerja. Kerja adalah bagian alamiah dari hidup mereka
b.      Orang secara internal termotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan terhadap mana mereka telah berkomitmen.
c.       Orang berkomitmen terhadap tujuan-tujuan, sampai ke tahap di mana mereka mencapai tujuan-tujuan itu.
d.      Orang akan mencari dan menerima tanggung jawab di bawah kondisi-kondisi yang menguntungkan.
e.       Orang memiliki kapasitas untuk menjadi inovatif dalam memecahkan problem-problem organisasi
Contoh orang dengan teori Y : manajer yang berorientasi pada kinerja. supervisor yang berorientasi pada kinerjanya

3.      Teori Z
Teori Z dicetuskan / diciptakan oleh William Ouchi. Teori ini sudah banyak diimplementasikan / dijalankan pada banyak perusahaan di Amerika Serikat dan Jepang. Teori Z adalah lebih menekankan pada peran dan posisi pegawai atau karyawan dalam perusahaan yang dapat membuat para pekerja menjadi nyaman, betah, senang dan merasa menjadi bagian penting dalam perusahaan. Dengan demikian maka karyawan akan bekerja dengan lebih efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaannya.
Berikut ini adalah syarat dan ciri dari perusahaan yang menerapkan teori Z:
a.       Tanggung jawab diberikan secara perorangan atau individual.
b.      Karyaban bebas bekerja menggunakan keterampilan yang dimilikinya.
c.        Karyawan dipekerjakan seumur hidup dan jika perusahaan mengalami krisis, maka para pegawai tidak akan dipecat atau phk.
d.      Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara konsensus atau secara terbuka. Walaupun akan memakan waktu yang lebih lama namun tingat keberhasilan pengimplementasian hasil keputusan yang didapat akan lebih tinggi karena mendapat dukungan dari mayoritas pekerja.
e.       Promosi dilakukan perlahan-lahan dari bawah, dan proses evaluasi prestasi dan promosi dilakukan dengan hari-hati agar tidak menimbulkan masalah dengan para karyawan.



BAB III
KESIMPULAN


A.      TEORI PERILAKU
Teori ini menekankan pada bagaimana aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi orang lain. Pendekatan ini menghasilkan dua kontras perilaku kepemimpinan yaitu, pendekatan human relationship dan task oriented. Human Relationship lebih efektif.

B.       TEORI KONTINGENSI (CONTIGENSY THEORY)
Teori ini pengembangan dari teori Situasional. Dikembangkan Fiedler Teori Kontingensi: Keefektifan kepemimpinan ditentukan paling tidak 3 variabel:
1.      Gaya Pemimpin
2.      Keadaan Pengikut.
3.      Situasi dimana kepemimpinan diterapkan.

C.       TEORI TRANSFORMASIONAL
Untuk menjadi pemimpin sukses, dia harus membangkitkan komitmen pengikutnya dan kesadaran membangun nilai-nilai organisasi. Tugas Pemimpin Transformasional:
1.      Membangun kesadaran pengikutnya akan pentingnya bekerja keras untuk meningkatkan produktivitas.
2.      Mengembangkan komitmen berorganisasi dgn mengembangan kesadaran ikut memiliki organisasi (sense of belonging), kesadaran bertanggung jawab menjaga keutuhan dan kehidupan organisasi serta berusaha memelihara dan memajukan organisasi (sense of responsibility)

D.      Teori X dan Y dari Mc Douglas
1.      Teori X
Teori X menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Individu yang berperilaku teori X mempunyai sifat : tak suka dan berusaha menghindari kerja, tak punya ambisi, tak suka tanggung jawab, tak suka memimpin, suka jadi pengikut, memikirkan diri tak memikirkan tujuan organisasi, tak suka perubahan, sering kurang cerdas.[15]
2.      Teori Y
Teori Y memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Individu yang berperilaku teori Y mempunyai sifat : suka bekerja, commit pada pekerjaan, suka mengambil tanggung jawab, suka memimpin, biasanya orang pintar.[16]
3.      Teori Z
Teori Z adalah lebih menekankan pada peran dan posisi pegawai atau karyawan dalam perusahaan yang dapat membuat para pekerja menjadi nyaman, betah, senang dan merasa menjadi bagian penting dalam perusahaan. Dengan demikian maka karyawan akan bekerja dengan lebih efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaannya.




DAFTAR PUSTAKA


·         Wuradji.  2008. The Educational Leadership (Kepemimpinan Transformasional). Yogyakarta: Gama Media.
·         E. Mulyana. 2009. Manajement Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
·         Nawawi, Hadari. 1993.  Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Haji Masagung.
·         Raihani. 2010. Kepemimpinan Sekolah Transformatif. Yogyakarta: LkiS
·         Starratt, Robert J. 2007. Menghadirkan Pemimpin Visioner Kiat Menegaskan Peran Sekolah. Yogyakarta : Kanisius.  
·         Wahjosumidjo. 1999. Kepemimpinhan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya.  Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
·         http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan (Dikutip Tanggal 14 Maret 2011)


[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
[3] E. Mulyana. Manajemen Berbasis Sekolah. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009). Hlm. 110
[4] Wuradji. The Educational Leadership (Kepemimpinan Transformasional). Yogyakarta: Gama Media. 2008. Hlm 35
[5] Ibid, hlm 36
[6] Ibid.  Hlm 37.
[7]. Ibid. Hlm. 39.
[8]  E. Mulyana. Manajement bebasis sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.2009. Hlm 112
[9] Wahjosumidjo. Kepemimpinhan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya.  Jakarta: PT Raja Grafindo persada.1999. hlm 30-31.
[10] Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Haji Masagung. 1993. Hlm. 112
[12] Wuradji. The Educational Leadership (Kepemimpinan Transformasional). Yogyakarta: Gama Media. 2008. Hlm. 50
[13] Ibid. Hlm 52-53
[14] Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Haji Masagung. 1993. Hlm. 124-125

[16] Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar